Langsung ke konten utama

Postingan

Menjadi Ibu, Teduh Warna dan Kebermanfaatan

Hari ini, menuju hari hari genap 4 tahun menyandang peran Ibu. Sudahlah, jika di daftar begitu berjajar kesalahan mama kepada dek azzam, namun dek azzam selalu dengan senyum terbaiknya memberi warna.  Bersyukur, ketika Allah titipkan dek azzam ke pelukan kami.  Ketika diluar sana begitu banyak kisah memilukan karna Allah ambil amanah dari kami ibu ibu yang mencintai, rasanya tetesan air mata begitu cepat singgah. Mungkin mereka lah ibu spesial yang Allah pilih. Kini hampir genap 4 tahun, dan begitu banyak warna yang telah kami lukis bersama. Jika boleh memutar waktu, benar sekali dek azzam adalah yang paling sabar menghadapi kekurangan kami, ketika malam sebelum tidur dan mama minta maaf ke dek azzam. Dek azzam selalu, mengangguk ringan dengan begitu mudah dan tulus. MasyaAllah, jika membuka beribu lembar kenangan, banyak hal baik yang datang, terutama dalam menghadapi kebermanfataan waktu yang begitu cepat melaju. 24 jam yang berarti sejak amanah dan peran ibu hinggap dipundak.  Jika

Pahit, Pelengkap Rasa Kehidupan

Menulis adalah melukis kehidupan. Jika tangan ini begitu sulit untuk belajar melukis, maka melalui tulisan, semoga semua potret perjalanan bisa tersimpan rapi. Dan kelak ketika rindu tiba, namun hampa, tulisan tulisan ini akan membantu membuka kenangan "kamu sudah melalui banyak hal terbaik, dan saatnya bersyukur" Malam yang sunyi kali ini, dipenghujung usia 20-an menuju 30. Memahami 5 rasa kehidupan yang keberadaannya adalah fitrah. Mempunyai maksud dan manfaat. Jika diri ini awalnya begitu anti dengan 2 rasa terakhir, asam dan pahit, kini karna perjalanan, mulai paham, setiap rasa mempunyai hikmahnya masing-masing. Pahit.... yang akan selalu menjadi pengingat kalau kalau, dunia ini hanyalah sementara. Sepahit itu getir rindu atas almarhumah ibu yang selalu terngiang di setiap kenangan, sepahit getir satu persatu yang tercinta mulai sakit dan menua, dan akan tiba pada panggilanNya masing-masing. Sepahit itu ketika ada kecewa karna berharap pada selain-Nya. Hujan,

Sketsa Waktu

Sketsa wajtu adalah rentetan kisah, 1 paragraf yang akan mewakili perasaan sepanjang tahun. Waktu yang begitu cepat melaju bersamaan dengan ketidaksadaran diri ini atas nilai berharganya. 1 paragraf yang diharapkan akan mewakili, menautkan rasa kala itu dan menjadi pengingat. Dikala sulit, bahwa banyak hal baik atas nikmat waktu yang telah Allah beri, Dan tugas hamba untuk bersyukur dan berupaya yang harus selalu dikedepankan.  sosok itu membuka mata, ada rasa yang aneh, rasa aneh di mana ada yang harus ku lakukan di setiap detik, menarik nafas, bernafas, yap? setiap detik ? bukannya itu melelahkan ku coba berhenti bernafas tapi rasanya sakit :( nah ? oke aku akan mulai belajar bernafas. 1 hari aku membuka mata, ada 2 sosok yang selalu ada di setiap aku membuka mata, sosok itu begitu besar di mataku, sesekali menutupi terang dari atas sana. 2 hari ketika aku berteriak dan mengeluarkan suara, dan seperti ada dorongan dari dalam untuk tersenyum,, orang disekitarku begitu bahagia mena

Payung Hitam di Bulan Agustus

Detik kian menerpa, Tak pernah berhenti sejenak Meski hati pilu, Air mata terurai Sore senja kala itu, dari kejauhan Potret kehidupan yang berulang Kali ini kematian menghampiri Sosok terhangat dikeluarga kami Kini telah terpisah Terbujur kaku dalam ruang Manusia yang lalai Selalu merasa tau tentang kematian tetapi, kala kematian menghampiri tertegun, sesak dan ketakutan Mama sayang Payung kehangatan kami telah berpulang kepada-Nya dalam keheningan dan pelukan terakhir kami ikhlaskan rasa kepada sang Pemilik Mungkin cukup sampai sini... Mungkin yang terbaik... dalam kata mungkin dan keraguan ada sosok tak berdaya yang mencoba mencari pencairan jalan keluar dari ruang gelap yang sesak perjuangan mama kami kehangatan dan samudra kasih Selamat istirahat mama sayang Sampai jumpa hingga takdir ini  juga menghentikan kehidupan kami Sampai jumpa mama atas izinNya kelak - 3 bulan kemudian -  Rintik hujan sesekali menghampiri Berteduh dibawah awan Melihat pelangi kemudian hujan kembali Tapi kin

Panorama Senja, Kepulangan

Bandara Soekarno Hatta, 5 tahun lalu, siapa yang membayangkannya. Anak pelosok desa di pulau terpadat di Indonesia, bisa berdiri di bandara besar ini, sedikit gugup berpeluh dahi nya karna was-was belum pernah bersua dengan sayap-sayap besi ini. Tapi ntah, kekhawatiran itu terkikis sudah dengan bayangan wajah orang tua dan kakak tercinta.   Lalu … Panorama senja pun mendatangiku. Sinar Emas berlabuh diantara sayap-sayap harapan Menuai kilasan-kilasan, kaca-kaca tanda haru menghampiri Dengan izinNya ketenangan dihembuskan didalam kalbu Hampir saja semua ini kusisihkan hanya mimpi Ditengah asa yang terkikis pudar, hampir Tapi Engkau selalu ada bagi yang masih berharap Engkau yang Maha Kuasa Kepulanganku, rasa syukur tak terhingga Bertemakan senja dan sambutan oleh bukit awan Meliuk-liuk Pesawat kecil yang membawaku Bergetar tertiup angin, begitu rapuh Kerinduanpun mulai bergegas menemukan jalan keluar Lalu Laut biru dan pulau indah pun menyambutku Seolah

Diantara jarak

     21 hari menuju hari keberangkatan.  Hujan pun mulai sering singgah di pandangan. Menghadang kekhawatiran dan prasangka kemudian berdamai dengan keputusan.  Yaps inilah sebuah keputusan. Janji tak akan kufur atas nikmatNya. Janji agar selalu bersyukur atas apapun yang tertulis di dalam amplop SK Penempatan ini. Janji agar jangan menghentikan perjuangan mendekat padaNya. Selamat datang daerah penempatan.      Sesejuk angin yang berhembus bersama berisik hujan.  Ku ucap alhamdulillah bersama gejolak isak tangis rekan,  sahabat, keluarga dan bahkan dari hati terkecilku. Tersenyumlah, yang bu rum katakan di sesi akhir liqo kami.   "dimanapun adalah bumi Allah yang diberkahi,  maka dimanapun itu ketika ikhlas ada insyaallah tidak apa -  apa" Bukan perpisahan,  tapi ladang perjuangan baru. Bukan perpisahan.  Setelah mata kita bertatapan saling berkaca-kaca karna hati mengira ini adalah perpisahan. Tapi bisikan hatiku menguatkan bahwa ini bukanlah perpisa

Cinta sang Pengelana Rimba

Barakallahulaka Indahnya merayakan cinta Buku itu ada tapi ntah belum diizinkannya aku untuk membacanya. Ada orang lain yg lebih berhak, *anggukan yakin* dan ku kirim buku itu. "Malang ya pak". Merayakan cinta ? ku pandangi bungkusan cover nya yg begitu anggun. Ntah kapan, belum kuizinkan cinta dirayakan didalam hati yg masih berjuang. Perayaan cinta yang dikatakan ketika dua insan bersepakat memulai kehidupan baru. Aku ? biarkan ku syukuri cinta ayah mama ku yg begitu tulus hingga ku ukir walau sedetik senyum bahagia di wajah mereka. Tunggu ? oke. Melihat judulnya, hatiku begitu tergoda untuk membacanya. tapi tapi, kamu belum berhak ris. ada suara halus yg terdengar. akan ada saatnya, tau mimpi mimpimu yg masih menggantung untuk di ambil sebelum kamu merasa perlu dan pantas menduduki singgasana baru perayaan cinta. Ada kisah baru yang terinspirasi dari cinta :) Kisah Cinta sang Pengelana Rimba Dunia bersemi, Cinta telah menempati hutan rimba didalam dimensi rasa.