Langsung ke konten utama

Panorama Senja, Kepulangan


Bandara Soekarno Hatta, 5 tahun lalu, siapa yang membayangkannya. Anak pelosok desa di pulau terpadat di Indonesia, bisa berdiri di bandara besar ini, sedikit gugup berpeluh dahi nya karna was-was belum pernah bersua dengan sayap-sayap besi ini. Tapi ntah, kekhawatiran itu terkikis sudah dengan bayangan wajah orang tua dan kakak tercinta.  
Lalu … Panorama senja pun mendatangiku.
Sinar Emas berlabuh diantara sayap-sayap harapan
Menuai kilasan-kilasan, kaca-kaca tanda haru menghampiri
Dengan izinNya ketenangan dihembuskan didalam kalbu
Hampir saja semua ini kusisihkan hanya mimpi
Ditengah asa yang terkikis pudar, hampir
Tapi Engkau selalu ada bagi yang masih berharap
Engkau yang Maha Kuasa
Kepulanganku, rasa syukur tak terhingga
Bertemakan senja dan sambutan oleh bukit awan
Meliuk-liuk Pesawat kecil yang membawaku
Bergetar tertiup angin, begitu rapuh
Kerinduanpun mulai bergegas menemukan jalan keluar
Lalu Laut biru dan pulau indah pun menyambutku
Seolah menyodorkan tangannya menyapa
Berbisik hingga masuk kedalam jiwa
Katanya “Selamat datang dikampung halaman”
Alhamdulillah, Allahuakbar, Laa haula wa laa quwwata

Jendela kecil, dengan 2 telapak tanganku menempel menutupi surga indah alam ciptaanNya yang terlihat. Berawan awan menggunung, lalu ku intip deretan lapang biru lautan dibawah sana, ditemani sorot-sorot cahaya yang bersinar diantara celah-celah awan. 14.00. Waktu kepulanganku. Kekhawatiranku pun sirna berada diketinggian langit karna keindahan panorama senja dari jendela pesawat.
          Butir air mata berkaca membatasi pandanganku. Siapa yang sangka, masih Allah izinkan hati ini merasakan kehangatanNya, diizinkanNya sosok ini bahagia diakhir keputusasaan. Hampir hampir hari hari ku dipenuhi bayang-bayang bahwa lebaran kali ini aku lewatkan sendiri di tanah perantauan. Semua teman yang sudah pulang terlebih dahulu makin menambah syahdu bayang-bayang itu. Berpuluh-puluh kata penenang selalu aku bisikkan dalam dadaku. Tak apa tak pulang, demi kebaikan. Lalu sekarang Laa Haula pesawat ini mengantarkanku ke kampung halaman. Allahuakbar.
          Air mataku mengering, sujud dari sujud kucurahkan harapan demi harapan. Allah izinkanku pulang, merasakan hangatnya masakan mama dan kesempatan menatap wajah mereka lebih lama. Izinkanku pulang alih-alih menggemakan suaraku dirumah tercintaku dengan bacaan ayat suci, lalu membantu mama merapikan rumah disela-sela kumandang suara remaja yang sedang mengkhatamkan Al-Qur’an, alih-alih hanya untuk mendengarkan salam dari kakak, kemudian ayahku disore hari kepulangannya.
          Pesawat landing  tepat ketika cahaya senja berwarna keemasan. Udara yang dingin dan angin kencang menandakan bahwa kampung halaman sudah menyambutku. Bandara tempat bermainku waktu kecil sudah indah berubah menjadi bandara besar tempat semua orang berbahagia. Lalu dari kejauhan aku bisa melihat ayahku dengan jaket dan topinya. Mencari-cari sosokku. Selamat datang ditanah kelahiran J


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muhasabah Cinta ?

---------------------------------------------Behind the Story --------------------------------------------- Aku ingin menceritakan tentang Nisa, gadis berusia 19 tahun. Mahasiswa, mempunyai kehidupan normal dan impian yang tinggi. Masih tertatih menjadi muslimah sejati. Cinta Allah dan Rasul insyaAllah Cerita ini dimulai dari menceritakan diriku dari sisi lain. bukannya mempunyai dua kepribadian atau -apa, seperti cerita itu hanya lewat ketika peristiwa yang sebenarnya terjadi. Cerita ini entah mengapa cocok dengan lagu favorit yang tak sengaja di pertemukan dengan penulis :) tentang edcoustik :  https://edcoustic.wordpress.com/about/ menulis cerita ini aku takut ketika semua menjadi realita tp dalam hati aku ingin menegur diriku sendiri bahwa tidak bersyukur adalah hal yg sangat tak terpuji. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------- Berjalan pulang, kuliah selesai setengah jam dari sebelumnya, pukul 12.30 a

Sedikit Kata ~ Padang Pasir

Pict https://hdmessa.files.wordpress.com/2010/02/desert_oasis__libya-2.jpg ini yg di dapet dari hampir sebulan baca buku Fatimah Az-zahra~ Walaupun dilahirkan di Indonesia yg dari lahir jarang lihat gurun padang pasir~ dari cerita perjuangan Rasulullah SAW dalam ber-hijrah demi memperjuangkan agama rahmatan lil alamin :) coba bayangkan betapa panas dan keringnya, dengan kekuatan dan keyakinan iman berhijrah meninggalkan kota kelahiran dan rumah.  Dulu di sma~ salah satu alasan mengapa kita di anjurkan untuk melakukan rihlah agar bisa memaknai peristiwa sejarah islam di tempat yg kita kunjungi dan insyaAllah "padang pasir", saksi bisu bagaimana rasulullah dan sejarah islam berjuang sampai mencapai kejayaan nya adalah daftar tempat yg akan di kunjungi di masa depan ^.^ Dan ada satu hal tentang gurun pasir, puisi asal tapi bermakna jika kalian tau maksudnya #jadi coba pahami layaknya gurun yang begitu luas  seluas mata memandang seperti tanpa ujung. dari

Catatan tentang Totto chan, The Little Girl at the Window

picture :  http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/d/d1/Totto-chan.png Sedikit kutipan dan kesan usai membaca buku "klasik" yang ternyata baru di takdirkan di baca penulis di tahun 2015 *yeay* Sebuah Ironi dalam sayonara :’) Di antara rasa takjub dan heran penulis sebagai tokoh totto chan sendiri menceritakan segala masa kecil. Indah sedikit iri akan kebebasan masa kecil tiap anak dalam mengekspresikan dirinya, mendengarkan irama alam, dan mendapatkan kepercayaan untuk mencari jati diri nya, sistem pendidikan yang bisa di katakan “jenius” menurutku bahkan hingga sekarang di tahun 2015 di mana sangat sulit di percaya buku ini telah lama di tulis hingga sampai ketanganku hingga menulis ringkasan, yang entah mengapa  aku tidak ikhlas jika hanya membiarkannya dibaca dan berlalu. Dan perasaan ini lah yang memaksaku untuk mengabadikannya dalam sedikit resensi dari buku Totto chan gadis cilik di jendela. “kau anak yang benar – benar baik, kau tahu itu, kan ?” kata ya