Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Keluarga Hangat B-)

pict : zona ternyaman jika ada opsi dilahirkan kembali, maka aku akan tetap memilihnya, keluarga kecilku, ayahku yang setiap hari jam 5 sore pulang datang menyambut, sekedar menanyakan apapun, mama ku yang selalu ada 24 jam lebih malah, di rumah, kakak ku yang selalu ada pula dan tak kurang 24 jam bertemu (*^▽^*) - sore itu langit gelap, awan begitu kelam, suara gelagak petir sudah menguasai keheningan sore itu, tetesan hujan deras dari ujung awan pun mulai turun, ku tutup semua korden, ku tutup semua pintu, jendela apapun yang membawa hawa dingin itu masuk.  kamarku ada. terang, hangat, boneka hadiah teman2 tercintaku, sunan kudus, gitar pemberian ayahku, bantal pemberian kakak ku, dan sore itu, menunggu ayahku pulang kehujanan di luar sana, aku berharap dalam kamarku yang nyaman, sembari suara mama ku dengan kesibukannya memasak di dapur tanpa beban, sesekali berteriak, "riris, jangan nyalakan tv ketika ada petir" oke. aku terdiam dan berganti bermain gitar~ ayo

Bintang kegelapan (?)

dikatakan. seorang anak menemukan mentari baru, sinarnya menguatkannya dari dalam, menerangi ruang gelap, memberikan harapan, menghujam waktu dan menyalakan nya, menyala bintang itu di letakkannya jauh di atas sana, menjulang di antara biru langit, jauh tapi terang, pandangan tajam itu terpatri berjanji untuk menggapainya, seketika tak menunggu detik berikutnya bergeming. aku. seseorang di luar mentari, di luar semuanya. seseorang yang menyaksikannya dari sudut gelap. menahan nafas, aku merasakannya. Mempersiapkan takdir yang akan datang, menyiapkan segala hal yang di perlukan untuk ikhlas pergi. Mentari yang datang dan mengaburkan pandangannya akan sosok aku. aku akan segera hilang, bersama waktu dan perjalanannya menggapai bintang, biarkan aku hilang dalam diam, tak tega mengusiknya~ aku tau bintang dan terangnya mentari lebih baik di sisi nya, tapi pilu yang menyeruak ini menjadi bukti bahwa aku juga masih manusiawi tidak rela di lupakan. cerita ini belum selesai. 1 j

Kegelapan

*tertegun* aku duduk tak berdaya di pinggir trotoar di terangi cahaya lampu redup tapi menyinari lebih bermartabat daripada kegelapan tapi kegelapan lah yang berkuasa yang lebih perkasa yang lebih ada dan memghakimi memenuhi ruang, mempengaruhi bulu kudukku berdiri kegelapan itu mulai datang melambai dari setiap sudut dan aku berakhir di sini, di pinggir trotoar, berharap hanya bergantung pada lampu ini redup tapi tetap menyinari~

Hujan yang bercerita

pict : https://www.google.com/search?q=hujan&source=lnms&prmd=inav&tbm=isch&sa=X&ved=0CAcQ_AUoAWoVChMI4736qPPyyAIVBC6mCh36bAtU&biw=601&bih=780#imgrc=wdRBN-jhsVnYWM%3A hi hujan :) dalam rentetan peran normalku sebagai manusia aku tak bisa mengabaikanmu~ tetes tetes air, berjatuhan dari atap gelap angin berubah dingin mengenalmu dan aku bersyukur akan kedatanganmu dalam kesibukanku, terpaan mu yg di terbawa angin mengingatkanku bercerita soal waktu -1- hujan yang bercerita hujan bercerita tentang seorang ibu dengan wajah khawatirnya memegang payung di pinggir jalan demi sang anak #sore, seperti biasa, diriku versi 13 tahun selalu lupa untuk membawa payung. di dalam angkutan sudah ku sesali semua perbuatan ku :" dan ketika mulai terlihat pos jalan rumahku, dengan nekat aku turun. sperti biasa. berlari turun sambil mencari tempat berteduh. dengan senyum aku menemukannya. di seberang jalan sana. mama ku selalu berdiri. senja di uju