Langsung ke konten utama

Takbir senja dan Kedewasaan


Takbir pertama berkumandangan menandakan matahari telah terbenam dan di mulai lah hari baru, tanggal baru dalam kalender islam. Alunan takbir kemenangan hari raya idul adha "Allahu AkbarAllahu Akbar, la ilaaha ill-Allah, Allahu AkbarAllahu Akbar, wa Lillah il-hamd" :-( ,sahut menyahut, hp dan tab yang dari tadi diam tergeletak di sebelahku tak mau kalah berlomba dengam speaker masjid di sebelah rumah, mengumandangkan nya dengan lantang, aku sempat lupa, bahwa Idul Adha telah datang.

Ada bisikan sesal dalam diri : 


aku benci menjadi dewasa
dewasa membawaku ke keadaan ini
dewasa membawaku dalam  sendiri
dewasa membuatku sendiri di moment ini

dewasa membuatku banyak urusan
sibuk dan melupakan yang lain
dewasa membuat orang dewasa di sekitarku hilang
hilang sejenak mengorbankan kebersamaan
hilang sejenak mengacuhkan kepentingan
demi memperjuangkan prioritas

Tak ada yang salah
karna itu, ada naluri
tak ada yang di salahkan
karna itu manusiawi

Hanya saja,
kadang aku benci menjadi dewasa

Detik tetap berjalan, bisikan sesal itu mengganggu ku. Kemudian rasa sesal itu pun perlahan muncul, terasa, membuyarkan apapun yang terfikir dan memaksa diriku untuk memutar waktu kembali.

Dulu, aku cukup bahagia menjadi anak - anak, ku katakan cukup karna apapun yang terjadi, sesederhana apapun itu aku bahagia. Kadang keberadaan orang yang ku cintai sudah cukup menjadi pengukir bahagia.

Masa kecilku, ku menemukan diriku yang bahagia. Setidak tidaknya lebih bahagia daripada sekarang. Mendengar takbir, ada ayah mama berkumpul di ruang tamu dengan kesibukan nya masing2, dan kakak tercintaku yang sedang bermain komputer di sudut ruang, aku ? Aku bahagia dengan dunia ku sendiri.

 Dan takbir itu terdengar begitu menenangkan, dari masjid terdengar aku bisa merasakan degup jantungku berirama bersamaan dengan semangat pelantun takbir. Dan tak berapa lama kemudian suara teman sepermainanku bakal terdengar berteriak memanggil ku "riris, riris, bude riris nya ada ?" "Ayo , main kembang api!!!" 

Takbir itu juga membawa cerita berbeda, hal yang spesial tak setiap hari terjadi, aku merasa dekat, Allah dekat, namaNya di sebut keras di telingaku, seruan itu di kumandangkan oleh semua orang, aku bahagia.

tapi sebentar ~~~~~~

Allah benci orang yang tidak bersyukur, aku cinta Allah, aku cinta Islam, jadi aku harus menjadi orang yang bersyukur.

Mari kita putar sudut pandang kita menjadi orang yg bersyukur. Di suatu pengajian yang waktu itu pembicara nya adalah ustadz yusuf mansyur, katanya kebiasaan manusia itu mengeluh dan membawa ke sifat tidak bersyukur. Padahal hanya dengan kita membalik perspektif ke arah yang lebih positif, mencoba bersyukur maka akan disadari betapa kita adalah orang yang berharga dan begitu banyak di berikan nikmat kehidupan. Jadi ayo coba metode ini !

Memutar otak, kupandangi ruangan tempat aku seneiri, di ruang tengah keluarga, di depan tv, di sisi kanan tertata rapi foto keluarga, mulai dari aku kecil hingga foto wisuda ku di SMA. Ternyata banyak hal yang sudah terjadi. Waktu . . . , menjadi dewasa, mereka ?kedua sosok Malaikat pelindungku sudah bertambah tua, uban berwarna putih sudah makin sering bermunculan di rambut ayahku. Mama ku ? Bukti perjalanan waktu terukit jelas lewat keriput itu.

Pasti harus ada yang di syukuri, akan keadaan ini.

Alhamdulillah, aku sudah dewasa. Menjadi dewasa, aku mempunyai masa kecil bahagia yang bisa di kenang. Lantas menjadi dewasa pun aku bisa merenungkan semua ini.

Dewasa ini membuatku menjadi orang yang lebih bisa di percaya menjaga sesuatu, mereka tak bisa terus kuat menjadi pelindung ku kan ? Tergerus waktu ? Seseorang menjadi tua, bahkan di Al - Quran di sebutkan di masa tua seseorang akan kembali ke watak kecilnya, pikun dan lupa.

kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya….” (QS. Al Hajj :5)

Dewasa ini juga memberikan banyak kepercayaan orang tuaku untuk aku tinggal di rumah, menjaga diri sendiri bahkan mampu menjaga mereka insyaAllah :

Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu, atau kalian bisa menjaganya. (HR. Ahmad 28276, Turmudzi 2022, Ibn Majah 3794, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

Dewasa memberiku kesempatan untuk makin berbakti pada orang tua dengan banyak cara. Dan dari kesendirian ini toh juga bisa ku maknai betapa berharganya keluarga saat mereka tak ada . Jangan sia2kan kesempatan kebersamaan dengan keluarga
Alhamdulillah Allah memberiku umur yang panjang hingga sampai ke titik ini,

Alhamdulillah dengan dewasa aku memperoleh banyak persoalan tapi dari situlah adanya tanggungjawab kadang memberikan rasa bahagia yang lain karena kita bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat lebih2 ketika itu untuk orang lain,be positif 

Dan malam itu, takbir masih bisa kudengarkan dengan umur yang diberikanNya Thanks God , ku tutup tulisan ini dengan ukiran senyum, bahwa terimakasih Allah atas waktu hingga aku menjadi dewasa seperti sekarang. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Muhasabah Cinta ?

---------------------------------------------Behind the Story --------------------------------------------- Aku ingin menceritakan tentang Nisa, gadis berusia 19 tahun. Mahasiswa, mempunyai kehidupan normal dan impian yang tinggi. Masih tertatih menjadi muslimah sejati. Cinta Allah dan Rasul insyaAllah Cerita ini dimulai dari menceritakan diriku dari sisi lain. bukannya mempunyai dua kepribadian atau -apa, seperti cerita itu hanya lewat ketika peristiwa yang sebenarnya terjadi. Cerita ini entah mengapa cocok dengan lagu favorit yang tak sengaja di pertemukan dengan penulis :) tentang edcoustik :  https://edcoustic.wordpress.com/about/ menulis cerita ini aku takut ketika semua menjadi realita tp dalam hati aku ingin menegur diriku sendiri bahwa tidak bersyukur adalah hal yg sangat tak terpuji. ---------------------------------------------------------------------------------------------------------- Berjalan pulang, kuliah selesai setengah jam dari sebelumnya, pukul 12.30 a

Sedikit Kata ~ Padang Pasir

Pict https://hdmessa.files.wordpress.com/2010/02/desert_oasis__libya-2.jpg ini yg di dapet dari hampir sebulan baca buku Fatimah Az-zahra~ Walaupun dilahirkan di Indonesia yg dari lahir jarang lihat gurun padang pasir~ dari cerita perjuangan Rasulullah SAW dalam ber-hijrah demi memperjuangkan agama rahmatan lil alamin :) coba bayangkan betapa panas dan keringnya, dengan kekuatan dan keyakinan iman berhijrah meninggalkan kota kelahiran dan rumah.  Dulu di sma~ salah satu alasan mengapa kita di anjurkan untuk melakukan rihlah agar bisa memaknai peristiwa sejarah islam di tempat yg kita kunjungi dan insyaAllah "padang pasir", saksi bisu bagaimana rasulullah dan sejarah islam berjuang sampai mencapai kejayaan nya adalah daftar tempat yg akan di kunjungi di masa depan ^.^ Dan ada satu hal tentang gurun pasir, puisi asal tapi bermakna jika kalian tau maksudnya #jadi coba pahami layaknya gurun yang begitu luas  seluas mata memandang seperti tanpa ujung. dari

Catatan tentang Totto chan, The Little Girl at the Window

picture :  http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/d/d1/Totto-chan.png Sedikit kutipan dan kesan usai membaca buku "klasik" yang ternyata baru di takdirkan di baca penulis di tahun 2015 *yeay* Sebuah Ironi dalam sayonara :’) Di antara rasa takjub dan heran penulis sebagai tokoh totto chan sendiri menceritakan segala masa kecil. Indah sedikit iri akan kebebasan masa kecil tiap anak dalam mengekspresikan dirinya, mendengarkan irama alam, dan mendapatkan kepercayaan untuk mencari jati diri nya, sistem pendidikan yang bisa di katakan “jenius” menurutku bahkan hingga sekarang di tahun 2015 di mana sangat sulit di percaya buku ini telah lama di tulis hingga sampai ketanganku hingga menulis ringkasan, yang entah mengapa  aku tidak ikhlas jika hanya membiarkannya dibaca dan berlalu. Dan perasaan ini lah yang memaksaku untuk mengabadikannya dalam sedikit resensi dari buku Totto chan gadis cilik di jendela. “kau anak yang benar – benar baik, kau tahu itu, kan ?” kata ya