Aaaaaa ~ lelah ngetik, lelah mata ingin ku tutup cerita nya, tapi masih ada pesan yang belum tersampaikan oke, mulai !
Ada sesosok anak, yang memulai kehidupan dengan pemikiran nya sendiri. Mempunyai ayah mama yang selalu ada. Kakak juga ada dan kedua kakek nenek yang begitu mencintai nya. Hidup seperti negeri dongeng, dia bahagia. Cukup.
Sepulang sekolah, bu guru berdiri di depan pintu, menunggu dan siap dengan kilat menunjuk kami yang paling bisa menahan diam, dan yang keluar kelas lebih dahulu bakal merasa menjadi pemenang. Yeay aku menang, dengan senang kutarik tas barbie ku, sambil mengejek teman teman yang masih berusaha diam duduk manis seperti patung, aku cium tangan bu guru dan berlari pulang.
Shht, hampir lupa. Ku ambil uang receh di kantong, seperti biasa, wartel itu kosong, tet tet tetetet, ku tekan 6 angka, yang selalu teringat di otak, nomer telfon kakek ku. Dan seperti biasa, cerita panjangku baru di mulai. Dan kakek ku bakal begitu bergembira mendengar segala celotehan cucu terkecil nya ini.
Hingga malam itu tiba. Smp aku sudah besar. Telfon ke kakek seperti dulu aku canggung. Bicara banyak aku canggung, tapi tau banyak rasa sayang yang ingin ku ungkapkan hanya saja aku tak tau caranya.
Malam itu, aku sendirian. Mama telah 2 hari menginap di rumah sakit. Walau di tutupi aku tau, kakek ku sakit parah, hanya saja, aku tak boleh bolos, dan harus tetap sekolah. Ayah ? Sedang tertidur. Sudah 2 hari. Terakhir ku kunjungi kakek ku dia lemas terbaring bahkan yang biasanya bakalan duduk dan mata bersemangat mendengar ceritaku, tidak, beliau terbaring lemas di atas kasur putih. Dan aku menungguinya tertidur di sampingnya.
Hingga malam itu,dirumah jam menunjukkan pukul 11.30 AM aku enggan tertidur. Dan kupaksakan mataku untuk terpejam, dan baru saja rasanya aku masuk kedalam alam mimpi. Cahaya menyilaukan di susul suara ayahku yang membangunkanku menarikku. Mengatakan dengan sekejap aku harus bergegas naik ke dalam mobil.
Aku diam. Aku anak kecil ? Belum tau apa apa kan ? Aku diam, masih teringat mata kantukku hilang karena kagetku karena sikap ayahku yang aneh tanpa penjelasan mobil itu melaju di tengah malam. Menuju gerbang rumah sakit tempat kakekku aku semakin mengada2. Bayangan yang paling kutakutkan muncul aku tau. Ini menjadi nyata. Kakek ku pergi, tanpa pamit, mengucap pisah, dan aku di sini sekarang tanpa kakek dan cerita ceritaku.
Di mobil dalam diam, aku meringkuk dalam tangis, pura pura tertidur aku menangis. Ada suara mama ayahku di luar mobil, masih terdengar suara lemas mama ku dan bekas tangisan serak dari suaranya. Aku diam, diam ris, jangan berisik ku simpan tangis ku, bantal itu tau, atap mobil ini tau, mungkin kursi tempat aku pura pura tertidur juga tau. Selamat jalan kakek, sedikit marah aku menangis.
---- semua berjalan cepat, pertamakali nya dalam hidupku aku melihat kematian, kematian dengan segala essensi rasa kehilangan. Kakekku , ambulan , semua keramaian di rumah kakek, tangisan, tepukan di bahu untuk menenangkan, itu menjadi malam panjang yang sulit ku lupakan. Aku diam, bahkan malam ini aku bebas menangis toh yang lain juga bersedih. Bebas, aku menangis, dan entah mengapa film itu terputar di depan mataku, film masa kecil, pohon cerry dan permen gula kacang, di peluk kakekku yang duduk di belakangku aku bercerita, dibonceng dengan sepeda motor biru tua nya aku peluk kakekku, atau atau, diriku yang sakit dna kakekku dengan kaca mata yg tebal membaca nama obat itu mengantar dalam tidurku dan semuanya gelap. Ada sedih ada bahagia, ku izinkan diriku bersedih malam ini~
Aku terbangun, dari tidur ku, mimpi burukku, itu kenyataan. Aku yakin, tapi aku tertidur karna lelah. Semua nya begitu lama berlalu hingga yang tersisa bahwa kakekku sudah di makamkan, dan aku tertidur dalam mimpi buruk ini.
2 tahun kemudian.
Aku tersenyum, hari ini hari kemenangan. Takbir.sudah 2 tahun lalu, kakekku dengan nafas beratnya dan tubuh keringnya karena penyakit jantung bernafas pelan di sofa ini. Hari raya 2 tahun lalu, mama ayahku semua om ku menangis sungkem di hari raya. Namun hari ini , kami semua usai bersalaman meminta maaf, berkumpul di tempat ini.
Bahkan sempat ku buatkan puisi tentang keadaan ini. Jika kamu pernah ke sana aku yakin kamu bisa merasakannya
Makam. Ku masuki dunia lain. Dunia jauh dari keramaian, sepi, senyap, hening, ada disini. Semua yang diam berakhir di sini. Hingga patahan ranting pun akan mengusik sepi jika terinjak.
Angin, dia melaju dalam diam. Kupandangi pohon pohon ini, indah tapi entah ada rasa sedih dan tenang yang menggenang di sekitarnya.
Bukan apa apa. Tapi makam, ini lah tempat semua berakhir. Hebohnya kehidupan, ramainya manusia, semua akan terdiam dalam kuburnya masing masing, di suatu saat. Di suatu saat mengucap pisah.
Dan terbayang, seberapa banyak kah orang yang mengunjungi dalam kubur mu ? Itu lah torehan sillaturahmi~
ku pandangi makam gundukan tanah itu tak ada beda dari tahun lalu, tak ada yang berubah. Di tengah hiruk pikuk kejadian sekitar. Heran aku bisikkan pada kakekku semoga bisa terdengar
"Bapak, 2 tahun sudah terbaring di sini" alhamdulillah, maaf baru sekarang aku ikhlas akan kepergian bapak. Tepat kemarin di kelas, guru agama ku menayangkan video perang di palestina dan tau ? Aku menangis, bukan apa2, aku baru tau bahwa manusia kadang bisa menjadi kejam. Tak manusiawi. Dan aku bersyukur orang yang ku cintai, sudah berada di sisiNya. Terjaga dan tak perlu bertahan atau aku khawatir jika orang orang jahat itu datang aku tak bisa menjaga yang ku cintai dari orang kenam itu. Aku ikhlas. Semoga di setiap langkah kehidupanku menjadi orang yang insyaAllah makin baik, bapak bisa senang, dan bangga padaku."
Itu pesan keikhlasan ku di hari itu, aku ikhlas, ikhlas itu sudah lama terpendam dalam dada, membawa beban berat awal nya seribu tanya muncul ken apa kemtiian ada. Egois, aku tak mau menerima, tapi semua tetap berjalan, dan sekarang aku ikhlass~ ku ukir senyum dan salam sore pada makam itu, dunia lain di ujung keramaian yang mengingatkan ku ~
Ketika sosok hilang dari kehidupan yang tersisa adalah kenangan. Kenangan. Menoreh sedih tapi akan terbawa oleh waktu dan kesibukan kumpulan manusia yang masih bernafas memperjuangkan kenangan. Selamat mengukir kenangan :)
Ada sesosok anak, yang memulai kehidupan dengan pemikiran nya sendiri. Mempunyai ayah mama yang selalu ada. Kakak juga ada dan kedua kakek nenek yang begitu mencintai nya. Hidup seperti negeri dongeng, dia bahagia. Cukup.
Sepulang sekolah, bu guru berdiri di depan pintu, menunggu dan siap dengan kilat menunjuk kami yang paling bisa menahan diam, dan yang keluar kelas lebih dahulu bakal merasa menjadi pemenang. Yeay aku menang, dengan senang kutarik tas barbie ku, sambil mengejek teman teman yang masih berusaha diam duduk manis seperti patung, aku cium tangan bu guru dan berlari pulang.
Shht, hampir lupa. Ku ambil uang receh di kantong, seperti biasa, wartel itu kosong, tet tet tetetet, ku tekan 6 angka, yang selalu teringat di otak, nomer telfon kakek ku. Dan seperti biasa, cerita panjangku baru di mulai. Dan kakek ku bakal begitu bergembira mendengar segala celotehan cucu terkecil nya ini.
Hingga malam itu tiba. Smp aku sudah besar. Telfon ke kakek seperti dulu aku canggung. Bicara banyak aku canggung, tapi tau banyak rasa sayang yang ingin ku ungkapkan hanya saja aku tak tau caranya.
Malam itu, aku sendirian. Mama telah 2 hari menginap di rumah sakit. Walau di tutupi aku tau, kakek ku sakit parah, hanya saja, aku tak boleh bolos, dan harus tetap sekolah. Ayah ? Sedang tertidur. Sudah 2 hari. Terakhir ku kunjungi kakek ku dia lemas terbaring bahkan yang biasanya bakalan duduk dan mata bersemangat mendengar ceritaku, tidak, beliau terbaring lemas di atas kasur putih. Dan aku menungguinya tertidur di sampingnya.
Hingga malam itu,dirumah jam menunjukkan pukul 11.30 AM aku enggan tertidur. Dan kupaksakan mataku untuk terpejam, dan baru saja rasanya aku masuk kedalam alam mimpi. Cahaya menyilaukan di susul suara ayahku yang membangunkanku menarikku. Mengatakan dengan sekejap aku harus bergegas naik ke dalam mobil.
Aku diam. Aku anak kecil ? Belum tau apa apa kan ? Aku diam, masih teringat mata kantukku hilang karena kagetku karena sikap ayahku yang aneh tanpa penjelasan mobil itu melaju di tengah malam. Menuju gerbang rumah sakit tempat kakekku aku semakin mengada2. Bayangan yang paling kutakutkan muncul aku tau. Ini menjadi nyata. Kakek ku pergi, tanpa pamit, mengucap pisah, dan aku di sini sekarang tanpa kakek dan cerita ceritaku.
Di mobil dalam diam, aku meringkuk dalam tangis, pura pura tertidur aku menangis. Ada suara mama ayahku di luar mobil, masih terdengar suara lemas mama ku dan bekas tangisan serak dari suaranya. Aku diam, diam ris, jangan berisik ku simpan tangis ku, bantal itu tau, atap mobil ini tau, mungkin kursi tempat aku pura pura tertidur juga tau. Selamat jalan kakek, sedikit marah aku menangis.
---- semua berjalan cepat, pertamakali nya dalam hidupku aku melihat kematian, kematian dengan segala essensi rasa kehilangan. Kakekku , ambulan , semua keramaian di rumah kakek, tangisan, tepukan di bahu untuk menenangkan, itu menjadi malam panjang yang sulit ku lupakan. Aku diam, bahkan malam ini aku bebas menangis toh yang lain juga bersedih. Bebas, aku menangis, dan entah mengapa film itu terputar di depan mataku, film masa kecil, pohon cerry dan permen gula kacang, di peluk kakekku yang duduk di belakangku aku bercerita, dibonceng dengan sepeda motor biru tua nya aku peluk kakekku, atau atau, diriku yang sakit dna kakekku dengan kaca mata yg tebal membaca nama obat itu mengantar dalam tidurku dan semuanya gelap. Ada sedih ada bahagia, ku izinkan diriku bersedih malam ini~
Aku terbangun, dari tidur ku, mimpi burukku, itu kenyataan. Aku yakin, tapi aku tertidur karna lelah. Semua nya begitu lama berlalu hingga yang tersisa bahwa kakekku sudah di makamkan, dan aku tertidur dalam mimpi buruk ini.
2 tahun kemudian.
Aku tersenyum, hari ini hari kemenangan. Takbir.sudah 2 tahun lalu, kakekku dengan nafas beratnya dan tubuh keringnya karena penyakit jantung bernafas pelan di sofa ini. Hari raya 2 tahun lalu, mama ayahku semua om ku menangis sungkem di hari raya. Namun hari ini , kami semua usai bersalaman meminta maaf, berkumpul di tempat ini.
Bahkan sempat ku buatkan puisi tentang keadaan ini. Jika kamu pernah ke sana aku yakin kamu bisa merasakannya
Makam. Ku masuki dunia lain. Dunia jauh dari keramaian, sepi, senyap, hening, ada disini. Semua yang diam berakhir di sini. Hingga patahan ranting pun akan mengusik sepi jika terinjak.
Angin, dia melaju dalam diam. Kupandangi pohon pohon ini, indah tapi entah ada rasa sedih dan tenang yang menggenang di sekitarnya.
Bukan apa apa. Tapi makam, ini lah tempat semua berakhir. Hebohnya kehidupan, ramainya manusia, semua akan terdiam dalam kuburnya masing masing, di suatu saat. Di suatu saat mengucap pisah.
Dan terbayang, seberapa banyak kah orang yang mengunjungi dalam kubur mu ? Itu lah torehan sillaturahmi~
ku pandangi makam gundukan tanah itu tak ada beda dari tahun lalu, tak ada yang berubah. Di tengah hiruk pikuk kejadian sekitar. Heran aku bisikkan pada kakekku semoga bisa terdengar
"Bapak, 2 tahun sudah terbaring di sini" alhamdulillah, maaf baru sekarang aku ikhlas akan kepergian bapak. Tepat kemarin di kelas, guru agama ku menayangkan video perang di palestina dan tau ? Aku menangis, bukan apa2, aku baru tau bahwa manusia kadang bisa menjadi kejam. Tak manusiawi. Dan aku bersyukur orang yang ku cintai, sudah berada di sisiNya. Terjaga dan tak perlu bertahan atau aku khawatir jika orang orang jahat itu datang aku tak bisa menjaga yang ku cintai dari orang kenam itu. Aku ikhlas. Semoga di setiap langkah kehidupanku menjadi orang yang insyaAllah makin baik, bapak bisa senang, dan bangga padaku."
Itu pesan keikhlasan ku di hari itu, aku ikhlas, ikhlas itu sudah lama terpendam dalam dada, membawa beban berat awal nya seribu tanya muncul ken apa kemtiian ada. Egois, aku tak mau menerima, tapi semua tetap berjalan, dan sekarang aku ikhlass~ ku ukir senyum dan salam sore pada makam itu, dunia lain di ujung keramaian yang mengingatkan ku ~
Ketika sosok hilang dari kehidupan yang tersisa adalah kenangan. Kenangan. Menoreh sedih tapi akan terbawa oleh waktu dan kesibukan kumpulan manusia yang masih bernafas memperjuangkan kenangan. Selamat mengukir kenangan :)
Komentar
Posting Komentar